Tanjungpinang – Angkutan kota atau akrab disebut angkot, dulu menjadi pilihan utama masyarakat Tanjungpinang untuk bepergian. Namun, popularitas transportasi umum ini kini semakin meredup, tergeser oleh kendaraan pribadi dan layanan transportasi berbasis aplikasi.
Perubahan pola mobilitas masyarakat terlihat jelas dalam satu dekade terakhir. Jika dahulu hampir setiap sudut jalan dipenuhi angkot dengan trayek tetap, kini keberadaannya semakin jarang terlihat. Penumpang pun semakin berkurang, bahkan sebagian warga mengaku sudah bertahun-tahun tidak lagi menggunakan jasa angkot.
Baca Juga : ADIBAPOK Siap Memastikan Kelancaran Rantai Bahan Pokok
Nura Sabita, penyiar radio Pro2 Tanjungpinang, mengaku tidak dapat mengingat kapan terakhir kali dirinya naik angkot. Ia menilai, keberadaan transportasi online jauh lebih praktis untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau pun gak bawa kendaraan pribadi, saya lebih pilih transportasi online. Lebih cepat, lebih nyaman, dan langsung sampai tujuan,” kata Nura, Jumat (29/8/2025).
Ia menambahkan, angkot kerap dianggap kurang efisien karena harus berhenti menunggu penumpang lain. Kondisi tersebut membuat perjalanan terasa lebih lama dibandingkan layanan transportasi online.
“Karena penumpangnya bukan cuma kita, jadi bisa lebih lama sampai tujuan,” jelasnya.
Selain faktor efisiensi, meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi juga berkontribusi besar terhadap turunnya minat masyarakat menggunakan angkot. Kini, semakin banyak warga memilih menggunakan motor atau mobil sendiri yang dinilai lebih praktis dan bebas kendala.
Tanjungpinang
Namun, angkot belum sepenuhnya hilang dari jalanan Tanjungpinang. Bagi sebagian masyarakat, terutama mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, angkot tetap menjadi sarana transportasi penting. Kehadirannya membantu mobilitas harian, khususnya bagi kalangan pelajar, ibu rumah tangga, serta warga dengan mobilitas terbatas.
Baca Juga : Investor Tiongkok Tawarkan Teknologi Modern
Meski begitu, jumlah armada yang beroperasi sudah tidak sebanyak dulu. Beberapa trayek bahkan jarang dilewati, membuat keberadaan angkot semakin tidak dilirik. Kondisi fisik kendaraan yang rata-rata sudah berusia tua juga menambah alasan masyarakat enggan kembali menggunakan moda transportsi ini.
Fenomena merosotnya penumpang angkot tidak hanya terjadi di Tanjungpinang. Kota-kota lain di Indonesia pun menghadapi masalah serupa. Persaingan dengan transportasi berbasis aplikasi, ditambah kurangnya inovasi dan modernisasi angkot, membuat moda transportasi tradisional ini semakin terpinggirkan.
Banyak kalangan menilai pemerintah daerah perlu turun tangan jika ingin mempertahankan keberadaan angkot. Revitalisasi armada, perbaikan layanan, serta integrasi dengan moda transportasi lain bisa menjadi solusi agar angkot kembali diminati. Tanpa pembaruan, angkot dikhawatirkan hanya tinggal cerita masa lalu dalam sejarah transportasi Tanjungpinang.